Labels

Friday, May 3, 2013

Kehancuran Alam Semesta


BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an menaruh perhatian besar terhadap berakhirnya alam semesta dan penciptaannya supaya menjadi pengingat akan kebesaran Allah swt. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berpikir bahwa al-Qur’an adalah sumber intelektual dan spiritualitas Islam yang merupakan dasar dan sumber inspirasi pandangan muslim, tidak saja untuk pengetahuan spiritualitas saja, namun juga untuk semua pengetahuan, sehingga terjadi keterpaduan semua jenis pengetahuan. Meskipun demikian, al-Qur’an bukan kitab sains, tetapi al-Qur’an memberikan prinsip-prinsip sains yang selalu dikaitkan dengan pengetahuan metafisik dan spiritual.[1]

Seruan al-Qur’an untuk “membaca dengan menyebut Tuhanmu” berjumlah sekitar 300 ayat.[2] Perintah tersebut telah dipahami dengan pengertian bahwa pencarian pengetahuan, termasuk pengetahuan ilmiah, harus didasarkan pada pondasi pengetahuan tentang realitas Tuhan. Islam memberi pengabsahan kepada sains secara organik yang berkaitan dengan pengetahuan tentang Tuhan dan dunia ruh. Karenanya, sains Islam mempunyai karakter religius dan spiritual.[3]
Di antara sekian banyak masalah yang digambarkan al-Qur’an  sejak masa awal Islam adalah kiamat. Kiamat merupakan salah satu persoalan pokok bagi seorang muslim, selain masuk dalam wilayah akidah, juga merupakan inti agama. Sedemikian pentingnya persoalan kiamat, al-Qur’an seringkali merangkaikan penjelasan tentang iman kepada Allah dan keimanan pada hari kiamat (QS. al-Baqarah[2]:177; QS.at-Thur[52]:21; QS.Ghafir[23]:17; QS.Maryam[19]:95). Kiamat merupakan peristiwa dahsyat, sehingga disebutkan berulang-ulang dengan segala bentuk rangkaian sebanyak 70 kali.[4]
Makalah ini akan mencoba menjawab pertanyaan bagaimanakah kehancuran alam semesta (kiamat) dalam al-Qur’an. dengan pertimbangan bahwa al-Qur’an sebagai wahyu harus selalu ditafsirkan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada saat ini, dan kiamat merupakan persoalan pokok bagi seorang muslim, maka dipandang perlu melakukan kajian tentang kiamat.
BAB II
PEMBAHASAN
Memahami pesan-pesan al-Qur’an mengenai kiamat yang sudah banyak ditinggalkan oleh manusia pada masa ini dapat dijadikan pedoman bagi orang-orang yang mau berpikir, meskipun tidak ada yang tahu kapan kiamat akan datang. Tetapi, fenomena yang ada di alam bisa dijadikan pedoman tersebut. Hal ini karena kiamat merupakan rahasia Allah, tidak ada makhluk yang mengetahuinya, bahkan Nabi dan Rasul-Nya. Mereka hanya memberikan tanda-tanda datangnya kiamat. Untuk lebih jelasnya, marilah kita perhatikan ayat-ayat berikut: 
1.        QS. Ar-Ra’du [13]:2
ª!$# Ï%©!$# yìsùu ÏNºuq»uK¡¡9$# ÎŽötóÎ/ 7uHxå $pktX÷rts? ( §NèO 3uqtGó$# n?tã ĸöyèø9$# ( t¤yur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur ( @@ä. ̍øgs 9@y_L{ wK|¡B 4 ãÎn/yムtøBF{$# ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# Nä3¯=yès9 Ïä!$s)Î=Î/ öNä3În/u tbqãZÏ%qè? ÇËÈ  
2. Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
2.        QS. Ar-Ruum [30]:8
öNs9urr& (#r㍩3xÿtGtƒ þÎû NÍkŦàÿRr& 3 $¨B t,n=y{ ª!$# ÏNºuq»uK¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur !$yJåks]øŠt/ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 9@y_r&ur wK|¡B 3 ¨bÎ)ur #ZŽÏVx. z`ÏiB Ĩ$¨Z9$# Ç!$s)Î=Î/ öNÎgÎn/u tbrãÏÿ»s3s9 ÇÑÈ  
8. dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya.
3.        QS. al-Ahqaf [46]: 3
$tB $oYø)n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur !$yJßgoYøŠt/ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 9@y_r&ur wK|¡B 4 tûïÏ%©!$#ur (#rãxÿx. !$£Jtã (#râÉRé& tbqàÊ̍÷èãB ÇÌÈ  
3. Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.
4.        QS. al-A’raf [7]: 34
Èe@ä3Ï9ur >p¨Bé& ×@y_r& ( #sŒÎ*sù uä!%y` öNßgè=y_r& Ÿw tbrãÅzù'tGó¡o Zptã$y ( Ÿwur šcqãBÏø)tGó¡o ÇÌÍÈ  
34. “Dan untuk tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; Maka apabila telah datang batas waktu mereka, mereka tidak dapat mengundurkan barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”
 Ayat-ayat di atas memberitahukan kepada kita tentang kabar bahwa akan ada kehidupan berikutnya setelah kehidupan di dunia yang dipisahkan dengan adanya kehancuran alam semesta atau kiamat. Kiamat merupakan kehancuran segala yang ada di dunia, semua makhluk akan mati kecuali memang dikehendaki-Nya untuk tetap hidup. Di antara gambaran kiamat yang ada dalam al-Qur’an dan hadis, seperti yang terdapat dalam QS. al-Haqqah [69]: 13-16:
#sŒÎ*sù yÏÿçR Îû ÍqÁ9$# ×pyøÿtR ×oyÏnºur ÇÊÌÈ   ÏMn=ÏHäqur ÞÚöF{$# ãA$t7Ågø:$#ur $tG©.ßsù Zp©.yŠ ZoyÏnºur ÇÊÍÈ   7ͳtBöquŠsù ÏMyès%ur èpyèÏ%#uqø9$# ÇÊÎÈ   ÏM¤)t±R$#ur âä!$yJ¡¡9$# }ÏSsù 7Í´tBöqtƒ ×puŠÏd#ur ÇÊÏÈ  
13. Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup[1507] 14. dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. 15. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, 16. dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.
[1507] Maksudnya: ialah tiupan yang pertama yang pada waktu itu alam semesta menjadi hancur.
Dalam QS. al-Qiyamah [75]: 6-9:
ã@t«ó¡o tb$­ƒr& ãPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# ÇÏÈ   #sŒÎ*sù s-̍t/ çŽ|Çt7ø9$# ÇÐÈ   y#|¡yzur ãyJs)ø9$# ÇÑÈ   yìÏHädur ߧ÷K¤±9$# ãyJs)ø9$#ur ÇÒÈ  
5.    ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?" 7. Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), 8. dan apabila bulan telah hilang cahayaNya, 9. dan matahari dan bulan dikumpulkan,
Dalam hadis disebutkan, ketika Abdullah ibn Salam bertanya kepada Nabi tentang tanda pertama hari akhir, Nabi bersabda: “Tanda pertama hari kiamat, yaitu akan muncul api yang akan memaksa manusia bergerak dari timur ke barat.” (HR.al-Bukhari) Dalam QS. at-Takwir [81]: 1:
#sŒÎ) ߧ÷K¤±9$# ôNuÈhqä. ÇÊÈ
  1. (Ingatlah hari itu) apabila matahari digulung,
At-Takwir (menggulung)[5] artinya matahari melipat dirinya, agar cahayanya pudar dan panasnya berkurang. Ibnu Jarir menjelaskan, at-Takwir sebagai gabungan bagian dengan bagian yang lain, kemudian menggulungnya, sehingga bagian yang satu tertutup bagian yang lain.[6] kehancuran total yang terjadi di ala mini secara logika bukanlah suatu peristiwa yang mustahil. Para pakar ilmu alam telah sepakat bahwa segala yang maujud pasti memiliki batas akhir keberadaannya pada saat tertentu. Hal ini sebagaimana perputaran masa; zaman purba telah musnah pada suatu masa, merupakan akhir zaman itu, dan sesuai dengan hokum yang ada.[7] Jadi, masa atau waktu berputar sesuai dengan perputarannya yang wajar dan pasti, sehingga akhirnya sampailah pada masa kerusakan dan kemusnahannya.
Tangga-tangga menuju hari kiamat ditinjau dari al-Qur’an:
  1. Peristiwa-peristiwa Kecil
Peristiwa ini adalah suatu kejadian yang rutin di alam semesta, yang menjadi bagian dari kontinuitas proses penciptaan alam dan penciptaan kembali. Peristiwa ini mewakili gerak perubahan dalam evolusi dunia. Dalam skala ini, boleh jadi hanya terjadi di kawasan bumi saja. Sedangkan dalam skala yang lebih luas akan mempengaruhi keadaan dunia, tata surya, dan berbagai galaksi.[8] 
  1. Peristiwa-peristiwa Besar
Peristiwa ini terjadi dalam skala yang luas secara kosmos, yang melibatkan tata surya dan dalam skala yang lebih luas melibatkan seluruh galaksi. Hal ini sesuai yang tertuang dalam QS. al-Insyiqaq [84]: 1-2
#sŒÎ) âä!$uK¡¡9$# ôM¤)t±S$# ÇÊÈ   ôMtRÏŒr&ur $pkÍh5tÏ9 ôM¤)ãmur ÇËÈ
1. apabila langit terbelah, 2. dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh,
Skenario yang mempunyai hubungannya dengan al-Qur’an adalah ditabraknya bumi oleh benda antariksa seperti asteroid atau komet yang cukup besar. Apabila benda antariksa memiliki ukuran luas sekitar 10 km dan menabrak dengan kecepatan 30 km/second, maka bola api yang timbul akibat gesekan dan turbulensi atmosfer merusak lapisan ozon serta menimbulkan suhu 500º pada belahan bumi yang tertimpa.[9]
  1. Kiamat Universal
Kiamat universal akan terjadi serentak, melibatkan seluruh alam raya. Pada puncaknya semua binasa kecuali Allah. Peristiwa ini disebut The Ultimate Event (Peristiwa Akhir), yaitu berakhirnya urutan fisika alam semesta, kecuali zat Allah. QS.ar-Rahman [55]: 26-27:
@ä. ô`tB $pköŽn=tæ 5b$sù ÇËÏÈ   4s+ö7tƒur çmô_ur y7În/u rèŒ È@»n=pgø:$# ÏQ#tø.M}$#ur ÇËÐÈ  
26. semua yang ada di bumi itu akan binasa. 27. dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
  1. Hari Kebangkitan
Hari kebangkitan adalah puncak dari semua peristiwa kiamat, baik kecil maupun besar. Peristiwa ini hanya sekali dan menandakan dimulainya alam besar, yang lebih besar dan agung dari seluruh tingkatan alam semesta ini.
Hari kebangkitan akan datang dengan tiba-tiba. Pada saat itu, semua manusia dari seluruh generasi akan dihidupkan kembali, lalu diadili sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan semasa hidup di dunia. QS. Ali Imran [3]: 25 yang artinya:
25. Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya. dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri Balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan).
Apa yang terjadi di alam ini, tidak bisa kita pahami atau diterangkan dengan jalan pikiran kita di sini karena hukum alamnya berbeda dari sunnatullah yang beroperasi di alam kita sekarang ini.[10]
Al-Qur’an juga memberitahukan bahwa akhir tata surya akan terjadi secara tiba-tiba, bahkan sebelum mata berkedip. Ilmu pengetahuan sendiri memberikan dua hipotesa tentang berakhirnya alam semesta. Pertama, bahwa matahari bisa meledak seperti bintang lain yang sudah meledak sebelumnya. Kedua, bahwa matahari akan segera mendingin, mengeluarkan cahaya kemerahan dan mati. Hal ini sesuai dengan beberapa ayat dalam al-Qur’an, seperti: QS. al-Qiyamah [75]: 6-9; QS. al-Anfal [8]: 6; QS. al-Infithar [82]: 1-2; dan QS. al-Insyiqaq [84]: 1 yang memperkuat hipotesa pertama.
Dan dalam QS. al-Anbiya’ [21]: 104
tPöqtƒ ÈqôÜtR uä!$yJ¡¡9$# ÇcsÜŸ2 Èe@ÉfÅb¡9$# É=çGà6ù=Ï9 4 $yJx. !$tRù&yt/ tA¨rr& 9,ù=yz ¼çnßÏèœR 4 #´ôãur !$oYøŠn=tã 4 $¯RÎ) $¨Zä. šúüÎ=Ïè»sù ÇÊÉÍÈ     
104. (yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.
Pesan yang terkandung pada ayat di atas mengindikasikan bahwa setelah berkembang sampai ukuran maksimumnya, alam semesta akan kembali menyusut dan mengecil, sehingga benda-benda langit saling bertumbukan diremas oleh gaya gravitasi yang maha kuat dan akhirnya masuk kembali dalam singularitas menuju ketiadaan; Kiamat Universal. Proses inilah yang disebut fisikawan kosmolog dengan Big Crunch sebagai lawan dari Big Bang.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Al-Qur’an menunjukkan bahwa penciptaan dan kehancuran alam semesta dilengkapi denga hukum-hukum (sunnatullah) yang tidak akan mengalami penyimpangan dan perubahan. Karenanya, manusia hendaknya melaksanakan anjuran al-Qur’an agar memahami alam semesta dengan mengamati, menggunakan alat indera atau peralatan observasi, akal dan wahyu atau ilham, sehingga dia bisa menyadari bahwa dibalik karya besar yang maha luas ada ZAt Yang Maha diyakini dan disembah, yaitu Allah swt.
Ciri-ciri kiamat yang disebutkan dalam al-Qur’an memang realistis dan dapat terjadi sebagai fenomena alam. Begitu dahsyatnya kejadian tersebut yang menghantarkan umat manusia pada perhitungan amal-amalnya untuk kemudian memasuki alam berikutnya di Hari kebangkitan. Wallahu a’lam.


[1] Sahirul Alim, Menguak Keterpaduan Sains Teknologi dan Islam, (Yogyakarta: Titian Ilahi, 1998), h.105
[2] Arifin, Agama, Ilmu dan Teknologi, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1997), h.9
[3] Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), h.75
[4] Abdurrazaq Naufal, Hari Kiamat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h.5
[5] Penggulungan itu terjadi dari permukaan matahri yang memanjang dan membesar serta melebar, yang memancarkan cahaya. Dengan demikian, panas matahari menjaddi merosot beberapa ribu derajat. Akibat melebarnya matahari tersebut, bintang-bintang yang lain menjadi pudar. Peristiwa ini diikuti kejadian lain secara keseluruhan dan merupakan awal hancurnya dunia.
[6] Abdurrazaq Naufal, Ibid., h.76
[7] Marzuki Chairun, Kiamat: Surga dan Neraka, (Yogyakarta, Mitra Pustaka, 1997), h.29
[8] Eva Ida Amalia, Kehancuran Alam Semesta dalam al-Qur’an, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depag RI, 2009), h.79
[9] Ahmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima, 1997), h.260
[10] Ahmad Baiquni, Ibid., h.264
[11] Ahmad Baiquni, Ibid., h.273

DAFTAR PUSTAKA
Alim, Sahirul, Menguak Keterpaduan Sains Teknologi dan Islam, (Yogyakarta: Titian Ilahi, 1998
Amalia, Eva Ida, Kehancuran Alam Semesta dalam al-Qur’an, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depag RI, 2009
Arifin, Agama, Ilmu dan Teknologi, Jakarta: Golden Terayon Press, 1997
Baiquni Ahmad, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima, 1997
Bakar, Osman, Tauhid dan Sains: Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam Bandung: Pustaka Hidayah, 1994
Chairun, Marzuki, Kiamat: Surga dan Neraka, Yogyakarta, Mitra Pustaka, 1997
Naufal, Abdurrazaq, Hari Kiamat, Jakarta: Rineka Cipta, 1995
Tim Penyusun, Al-Qur’an dan Terjemah Maknanya Dalam Bahasa Indonesia, Kudus: Menara, 2004 


No comments:

Post a Comment