Labels

Sunday, August 11, 2013

Tiga Golongan Pembaca al-Qur'an



Oleh: khoerul anam

Dalam hal membaca Al-Qur an manusia terbagi menjadi tiga golongan:

Pertama, mereka yang berlebih-lebihan, yakni yang membacanya tanpa merenungi dan meresapi setiap maknanya. Tujuan mereka hanyalah mengkhatamkan sesering mungkin sehingga sebagian mereka ada yang mengkhatamkan dalam waktu satu atau dua hari saja. Mereka membacanya secepat mungkin.

Kedua, mereka yang sangat jarang membacanya bahkan tidak pernah membacanya sama sekali.

Ketiga, mereka yang berada di antara dua golongan di atas. Mereka tidak berlebih-lebihan dalam membacanya, tapi tidak pula berkekurangan. Inilah golongan terbaik.

Membaca Al-Qur an dengan tajwid serta shalat dengan tenang itu jauh lebih baik daripada memperbanyak raka’at tanpa itu semua karena dalam beramal, kualitas lebih penting daripada kuantitas. Begitu juga dalam membaca Al-Qur an. Jangan membaca dengan tergesa-gesa dan jangan pula disenandungkan yang sampai merusak kata dan maknanya.


Ada orang yang hanya menamatkan Al-Qur an sekali saja tapi karena bacaan, tajwid, dan penghayatannya sangat bagus, kalamullah itu dapat mengobati penyakit dirinya dan luka hatinya. Al-Qur an memang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membacanya.

Namun ada juga yang mengkhatamkan Al-Qur an berkali-kali tapi Al-Qur an itu tidak menjadi konsumsi hatinya dan tidak pula menjadi penguat bagi keimanannya, karena ia membacanya tidak dengan penghayatan.

Al-Qur an bila dibaca dengan baik maka dapat menggugah perasaan dan melapangkan hati orang yang mendengarkannya.

Al-Qur an yang agung menunjukkan manusia kepada jalan yang lurus.  Al-Qur an yang agung adalah cahaya, obat jiwa, ilmu pengetahuan, budaya, dan bukti nyata.

Al-Qur an yang agung adalah hidup dan ruh kehidupan,sumber kebahagiaan, serta induk kebajikan.

Al-Qur an yang agung adalah ajaran ketuhanan, undang-undang ilahi, dan hikmah yang abadi.

Rasulullah SAW bersabda: “Hampir datang suatu masa kepada umat manusia bahwa islam tidaklah ketinggalan melainkan tinggal namanya, dan Al-Qur an tidaklah ketinggalan melainkan tinggal tulisan, masjid-masjid mereka ramai tetapi sunyi kosong dari petunjuk yang benar, para ulama mereka lebih buruk dari segala apa yang ada di kolong langit karena dari sisi mereka itu keluarlah fitnah dan kepada mereka fitnah akan kembali.” (HR. Imam Al-Baihaqi dari Ali RA).

Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda: “Akan datang suatu masa umatku pada masa itu banyak para pembaca Al-Qur an, sedikit orang yang pandai agama, dicabutlah ilmu pengetahuan, dan banyak huru-hara, kemudian datanglah sesudah itu suatu masa orang-orang dari golongan umatku membaca Al-Qur an dengan tidak melalui tulang tenggorokan mereka.” (HR. Imam At-Thabarani).

Pada hadits lain beliau menyatakan: “Akan ada kemudian orang-orang dari umatku yang membaca Al-Qur an yang bacaannya tidak melalui tenggorokannya, mereka terlepas dari agama islam seperti terlepasnya anak panah dari busurnya, kemudian tidaklah mereka dapat kembali di dalamnya, mereka itu sejelek-jelek makhluk dan sejahat-jahat manusia.” (HR.Imam Muslim).

Kemudian ada hadits lainnya, “ Akan ada nantinya para ahli ibadah yang bodoh dan para ahli membaca Al-Qur an yang durhaka.” (HR. Imam Abu Nu’aim).

Keadaan umat islam seperti  yang diingatkan Rasulullah SAW itu sudah mulai tampak  pada zaman sekarang. Mereka tidak lagi menjadikan Al-Qur an sebagai tuntunan hidup tetapi sekedar didendangkan sebatas tenggorokan. Al-Qur an tidak lagi ditaati dan diamalkan sehari-hari. Al-Qur an hanya sebagai buku sakti yang dipajang di dalam lemari atau ditaruh di tempat paling tinggi sampai berdebu.

Kembali kepada kita masing-masing apakah kita memang hidup bersama Al-Qur an ini, mengenal kebesaran Al-Qur an hingga hidup kita bahagia dengannya di dunia dan akhirat nanti ataukah sebaliknya………..???     












Disarikan dari kisah utama majalah Alkisah edisi no.17/tahun VIII/23 Agustus – 5 September 2010.

No comments:

Post a Comment