BAB
I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an menaruh perhatian besar terhadap berakhirnya alam semesta dan
penciptaannya supaya menjadi pengingat akan kebesaran Allah swt. Selain itu,
tujuan lainnya adalah sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berpikir bahwa al-Qur’an
adalah sumber intelektual dan spiritualitas Islam yang merupakan dasar dan
sumber inspirasi pandangan muslim, tidak saja untuk pengetahuan spiritualitas
saja, namun juga untuk semua pengetahuan, sehingga terjadi keterpaduan semua
jenis pengetahuan. Meskipun demikian, al-Qur’an bukan kitab sains, tetapi
al-Qur’an memberikan prinsip-prinsip sains yang selalu dikaitkan dengan
pengetahuan metafisik dan spiritual.[1]
Seruan al-Qur’an untuk “membaca dengan menyebut Tuhanmu” berjumlah
sekitar 300 ayat.[2] Perintah
tersebut telah dipahami dengan pengertian bahwa pencarian pengetahuan, termasuk
pengetahuan ilmiah, harus didasarkan pada pondasi pengetahuan tentang realitas
Tuhan. Islam memberi pengabsahan kepada sains secara organik yang berkaitan
dengan pengetahuan tentang Tuhan dan dunia ruh. Karenanya, sains Islam
mempunyai karakter religius dan spiritual.[3]
Di antara sekian banyak masalah yang digambarkan al-Qur’an sejak masa awal Islam adalah kiamat. Kiamat
merupakan salah satu persoalan pokok bagi seorang muslim, selain masuk dalam
wilayah akidah, juga merupakan inti agama. Sedemikian pentingnya persoalan
kiamat, al-Qur’an seringkali merangkaikan penjelasan tentang iman kepada Allah
dan keimanan pada hari kiamat (QS. al-Baqarah[2]:177; QS.at-Thur[52]:21;
QS.Ghafir[23]:17; QS.Maryam[19]:95). Kiamat merupakan peristiwa dahsyat,
sehingga disebutkan berulang-ulang dengan segala bentuk rangkaian sebanyak 70
kali.[4]
Makalah ini akan mencoba menjawab pertanyaan
bagaimanakah kehancuran alam semesta (kiamat) dalam al-Qur’an. dengan
pertimbangan bahwa al-Qur’an sebagai wahyu harus selalu ditafsirkan sesuai
dengan kebutuhan dan tantangan pada saat ini, dan kiamat merupakan persoalan
pokok bagi seorang muslim, maka dipandang perlu melakukan kajian tentang
kiamat.
BAB
II
PEMBAHASAN
Memahami pesan-pesan al-Qur’an mengenai kiamat yang sudah banyak
ditinggalkan oleh manusia pada masa ini dapat dijadikan pedoman bagi
orang-orang yang mau berpikir, meskipun tidak ada yang tahu kapan kiamat akan
datang. Tetapi, fenomena yang ada di alam bisa dijadikan pedoman tersebut. Hal ini
karena kiamat merupakan rahasia Allah, tidak ada makhluk yang mengetahuinya,
bahkan Nabi dan Rasul-Nya. Mereka hanya memberikan tanda-tanda datangnya
kiamat. Untuk lebih jelasnya, marilah kita perhatikan ayat-ayat berikut:
1.
QS. Ar-Ra’du [13]:2
ª!$# Ï%©!$# yìsùu ÏNºuq»uK¡¡9$# ÎötóÎ/ 7uHxå $pktX÷rts? (
§NèO 3uqtGó$# n?tã ĸöyèø9$# (
t¤yur }§ôJ¤±9$# tyJs)ø9$#ur (
@@ä. Ìøgs 9@y_L{ wK|¡B 4
ãÎn/yã tøBF{$# ã@Å_Áxÿã ÏM»tFy$# Nä3¯=yès9 Ïä!$s)Î=Î/ öNä3În/u tbqãZÏ%qè? ÇËÈ
2. Allah-lah yang meninggikan
langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di
atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga
waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan
tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan
Tuhanmu.
2.
QS. Ar-Ruum [30]:8
öNs9urr& (#rã©3xÿtGt þÎû NÍkŦàÿRr& 3
$¨B t,n=y{ ª!$# ÏNºuq»uK¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur !$yJåks]øt/ wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 9@y_r&ur wK|¡B 3
¨bÎ)ur #ZÏVx. z`ÏiB Ĩ$¨Z9$# Ç!$s)Î=Î/ öNÎgÎn/u tbrãÏÿ»s3s9 ÇÑÈ
8. dan mengapa mereka tidak
memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan
bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar
dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia
benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya.
3.
QS. al-Ahqaf [46]: 3
$tB $oYø)n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tBur !$yJßgoYøt/ wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 9@y_r&ur wK|¡B 4
tûïÏ%©!$#ur (#rãxÿx. !$£Jtã (#râÉRé& tbqàÊÌ÷èãB ÇÌÈ
3. Kami tiada menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar
dan dalam waktu yang ditentukan. dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa
yang diperingatkan kepada mereka.
4.
QS. al-A’raf [7]: 34
Èe@ä3Ï9ur >p¨Bé& ×@y_r& (
#sÎ*sù uä!%y` öNßgè=y_r& w tbrãÅzù'tGó¡o Zptã$y (
wur cqãBÏø)tGó¡o ÇÌÍÈ
34. “Dan untuk tiap-tiap umat
mempunyai batas waktu; Maka apabila telah datang batas waktu mereka, mereka
tidak dapat mengundurkan barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”
Ayat-ayat di atas memberitahukan
kepada kita tentang kabar bahwa akan ada kehidupan berikutnya setelah kehidupan
di dunia yang dipisahkan dengan adanya kehancuran alam semesta atau kiamat.
Kiamat merupakan kehancuran segala yang ada di dunia, semua makhluk akan mati
kecuali memang dikehendaki-Nya untuk tetap hidup. Di antara gambaran kiamat
yang ada dalam al-Qur’an dan hadis, seperti yang terdapat dalam QS. al-Haqqah
[69]: 13-16:
#sÎ*sù yÏÿçR Îû ÍqÁ9$# ×pyøÿtR ×oyÏnºur ÇÊÌÈ
ÏMn=ÏHäqur ÞÚöF{$# ãA$t7Ågø:$#ur $tG©.ßsù Zp©.y ZoyÏnºur ÇÊÍÈ
7ͳtBöqusù ÏMyès%ur èpyèÏ%#uqø9$# ÇÊÎÈ
ÏM¤)t±R$#ur âä!$yJ¡¡9$# }ÏSsù 7Í´tBöqt ×puÏd#ur ÇÊÏÈ
13. Maka apabila sangkakala
ditiup sekali tiup[1507] 14. dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu
dibenturkan keduanya sekali bentur. 15. Maka pada hari itu terjadilah hari
kiamat, 16. dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.
[1507] Maksudnya: ialah tiupan yang pertama yang pada waktu itu alam
semesta menjadi hancur.
Dalam QS. al-Qiyamah [75]: 6-9:
ã@t«ó¡o tb$r& ãPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# ÇÏÈ
#sÎ*sù s-Ìt/ ç|Çt7ø9$# ÇÐÈ
y#|¡yzur ãyJs)ø9$# ÇÑÈ
yìÏHädur ߧ÷K¤±9$# ãyJs)ø9$#ur ÇÒÈ
5. ia berkata:
"Bilakah hari kiamat itu?" 7. Maka apabila mata terbelalak
(ketakutan), 8. dan apabila bulan telah hilang cahayaNya, 9. dan matahari dan
bulan dikumpulkan,
Dalam hadis disebutkan, ketika Abdullah ibn Salam
bertanya kepada Nabi tentang tanda pertama hari akhir, Nabi bersabda: “Tanda
pertama hari kiamat, yaitu akan muncul api yang akan memaksa manusia bergerak
dari timur ke barat.” (HR.al-Bukhari) Dalam QS. at-Takwir [81]: 1:
#sÎ) ߧ÷K¤±9$# ôNuÈhqä. ÇÊÈ
- (Ingatlah hari itu) apabila
matahari digulung,
At-Takwir (menggulung)[5]
artinya matahari melipat dirinya, agar cahayanya pudar dan panasnya berkurang.
Ibnu Jarir menjelaskan, at-Takwir sebagai gabungan bagian dengan bagian yang
lain, kemudian menggulungnya, sehingga bagian yang satu tertutup bagian yang
lain.[6]
kehancuran total yang terjadi di ala mini secara logika bukanlah suatu
peristiwa yang mustahil. Para pakar ilmu alam telah sepakat bahwa segala yang maujud
pasti memiliki batas akhir keberadaannya pada saat tertentu. Hal ini
sebagaimana perputaran masa; zaman purba telah musnah pada suatu masa,
merupakan akhir zaman itu, dan sesuai dengan hokum yang ada.[7]
Jadi, masa atau waktu berputar sesuai dengan perputarannya yang wajar dan
pasti, sehingga akhirnya sampailah pada masa kerusakan dan kemusnahannya.
Tangga-tangga menuju hari kiamat ditinjau dari al-Qur’an:
- Peristiwa-peristiwa
Kecil
Peristiwa ini adalah suatu kejadian yang rutin di alam semesta, yang
menjadi bagian dari kontinuitas proses penciptaan alam dan penciptaan kembali.
Peristiwa ini mewakili gerak perubahan dalam evolusi dunia. Dalam skala ini,
boleh jadi hanya terjadi di kawasan bumi saja. Sedangkan dalam skala yang lebih
luas akan mempengaruhi keadaan dunia, tata surya, dan berbagai galaksi.[8]
- Peristiwa-peristiwa
Besar
Peristiwa ini terjadi dalam skala yang luas secara kosmos, yang
melibatkan tata surya dan dalam skala yang lebih luas melibatkan seluruh
galaksi. Hal ini sesuai yang tertuang dalam QS. al-Insyiqaq [84]: 1-2
#sÎ) âä!$uK¡¡9$# ôM¤)t±S$# ÇÊÈ
ôMtRÏr&ur $pkÍh5tÏ9 ôM¤)ãmur ÇËÈ
1. apabila langit terbelah, 2.
dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh,
Skenario yang mempunyai hubungannya dengan al-Qur’an adalah ditabraknya
bumi oleh benda antariksa seperti asteroid atau komet yang cukup besar. Apabila
benda antariksa memiliki ukuran luas sekitar 10 km dan menabrak dengan
kecepatan 30 km/second, maka bola api yang timbul akibat gesekan dan turbulensi
atmosfer merusak lapisan ozon serta menimbulkan suhu 500º pada belahan bumi
yang tertimpa.[9]
- Kiamat Universal
Kiamat universal
akan terjadi serentak, melibatkan seluruh alam raya. Pada puncaknya semua
binasa kecuali Allah. Peristiwa ini disebut The Ultimate Event
(Peristiwa Akhir), yaitu berakhirnya urutan fisika alam semesta, kecuali zat
Allah. QS.ar-Rahman [55]: 26-27:
@ä. ô`tB $pkön=tæ 5b$sù ÇËÏÈ
4s+ö7tur çmô_ur y7În/u rè È@»n=pgø:$# ÏQ#tø.M}$#ur ÇËÐÈ
26. semua yang ada di bumi itu akan binasa. 27. dan tetap kekal
Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
- Hari Kebangkitan
Hari kebangkitan adalah puncak dari semua peristiwa kiamat, baik kecil
maupun besar. Peristiwa ini hanya sekali dan menandakan dimulainya alam besar,
yang lebih besar dan agung dari seluruh tingkatan alam semesta ini.
Hari kebangkitan akan datang dengan tiba-tiba. Pada saat itu,
semua manusia dari seluruh generasi akan dihidupkan kembali, lalu diadili
sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan semasa hidup di dunia. QS. Ali
Imran [3]: 25 yang artinya:
25. Bagaimanakah nanti apabila
mereka Kami kumpulkan di hari (kiamat) yang tidak ada keraguan tentang adanya.
dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri Balasan apa yang diusahakannya sedang
mereka tidak dianiaya (dirugikan).
Apa yang terjadi di alam ini, tidak bisa kita pahami atau
diterangkan dengan jalan pikiran kita di sini karena hukum alamnya berbeda dari
sunnatullah yang beroperasi di alam kita sekarang ini.[10]
Al-Qur’an juga memberitahukan bahwa akhir tata surya akan
terjadi secara tiba-tiba, bahkan sebelum mata berkedip. Ilmu pengetahuan
sendiri memberikan dua hipotesa tentang berakhirnya alam semesta. Pertama,
bahwa matahari bisa meledak seperti bintang lain yang sudah meledak sebelumnya.
Kedua, bahwa matahari akan segera mendingin, mengeluarkan cahaya kemerahan dan
mati. Hal ini sesuai dengan beberapa ayat dalam al-Qur’an, seperti: QS. al-Qiyamah
[75]: 6-9; QS. al-Anfal [8]: 6; QS. al-Infithar [82]: 1-2; dan QS. al-Insyiqaq
[84]: 1 yang memperkuat hipotesa pertama.
Dan dalam QS. al-Anbiya’ [21]: 104
tPöqt ÈqôÜtR uä!$yJ¡¡9$# ÇcsÜ2 Èe@ÉfÅb¡9$# É=çGà6ù=Ï9 4
$yJx. !$tRù&yt/ tA¨rr& 9,ù=yz ¼çnßÏèR 4
#´ôãur !$oYøn=tã 4
$¯RÎ) $¨Zä. úüÎ=Ïè»sù ÇÊÉÍÈ
104. (yaitu) pada hari Kami gulung
langit sebagai menggulung lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami telah
memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu
janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.
Pesan yang terkandung pada ayat di atas mengindikasikan bahwa
setelah berkembang sampai ukuran maksimumnya, alam semesta akan kembali
menyusut dan mengecil, sehingga benda-benda langit saling bertumbukan diremas
oleh gaya gravitasi yang maha kuat dan akhirnya masuk kembali dalam
singularitas menuju ketiadaan; Kiamat Universal. Proses inilah yang disebut
fisikawan kosmolog dengan Big Crunch sebagai lawan dari Big Bang.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Al-Qur’an menunjukkan bahwa penciptaan dan kehancuran alam semesta
dilengkapi denga hukum-hukum (sunnatullah) yang tidak akan mengalami
penyimpangan dan perubahan. Karenanya, manusia hendaknya melaksanakan anjuran
al-Qur’an agar memahami alam semesta dengan mengamati, menggunakan alat indera
atau peralatan observasi, akal dan wahyu atau ilham, sehingga dia bisa
menyadari bahwa dibalik karya besar yang maha luas ada ZAt Yang Maha diyakini
dan disembah, yaitu Allah swt.
Ciri-ciri kiamat yang disebutkan dalam al-Qur’an memang realistis dan
dapat terjadi sebagai fenomena alam. Begitu dahsyatnya kejadian tersebut yang
menghantarkan umat manusia pada perhitungan amal-amalnya untuk kemudian
memasuki alam berikutnya di Hari kebangkitan. Wallahu a’lam.
[1]
Sahirul Alim, Menguak Keterpaduan Sains Teknologi dan Islam,
(Yogyakarta: Titian Ilahi, 1998), h.105
[2]
Arifin, Agama, Ilmu dan Teknologi, (Jakarta: Golden Terayon Press,
1997), h.9
[3]
Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains
Islam (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), h.75
[4]
Abdurrazaq Naufal, Hari Kiamat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h.5
[5]
Penggulungan itu terjadi dari permukaan matahri yang memanjang dan membesar
serta melebar, yang memancarkan cahaya. Dengan demikian, panas matahari
menjaddi merosot beberapa ribu derajat. Akibat melebarnya matahari tersebut,
bintang-bintang yang lain menjadi pudar. Peristiwa ini diikuti kejadian lain
secara keseluruhan dan merupakan awal hancurnya dunia.
[6]
Abdurrazaq Naufal, Ibid., h.76
[7] Marzuki
Chairun, Kiamat: Surga dan Neraka, (Yogyakarta, Mitra Pustaka, 1997),
h.29
[8] Eva Ida
Amalia, Kehancuran Alam Semesta dalam al-Qur’an, (Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat Depag RI, 2009), h.79
[9] Ahmad
Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima,
1997), h.260
[10]
Ahmad Baiquni, Ibid., h.264
[11] Ahmad
Baiquni, Ibid., h.273
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Sahirul, Menguak
Keterpaduan Sains Teknologi dan Islam, (Yogyakarta: Titian Ilahi, 1998
Amalia, Eva Ida, Kehancuran
Alam Semesta dalam al-Qur’an, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Depag RI,
2009
Arifin, Agama, Ilmu
dan Teknologi, Jakarta: Golden Terayon Press, 1997
Baiquni Ahmad, Al-Qur’an
dan Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima, 1997
Bakar, Osman, Tauhid
dan Sains: Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam Bandung:
Pustaka Hidayah, 1994
Chairun, Marzuki, Kiamat:
Surga dan Neraka, Yogyakarta, Mitra Pustaka, 1997
Naufal, Abdurrazaq, Hari
Kiamat, Jakarta: Rineka Cipta, 1995
Tim Penyusun, Al-Qur’an dan Terjemah Maknanya Dalam
Bahasa Indonesia, Kudus: Menara, 2004
No comments:
Post a Comment