Oleh: khoerul anam
Pertama,
mereka yang berlebih-lebihan, yakni yang membacanya tanpa merenungi dan
meresapi setiap maknanya. Tujuan mereka hanyalah mengkhatamkan sesering
mungkin sehingga sebagian mereka ada yang mengkhatamkan dalam waktu satu atau
dua hari saja. Mereka membacanya secepat mungkin.
Kedua, mereka
yang sangat jarang membacanya bahkan tidak pernah membacanya sama sekali.
Ketiga, mereka
yang berada di antara dua golongan di atas. Mereka tidak berlebih-lebihan
dalam membacanya, tapi tidak pula berkekurangan. Inilah golongan terbaik.
Membaca Al-Qur
an dengan tajwid serta shalat dengan tenang itu jauh lebih baik daripada
memperbanyak raka’at tanpa itu semua karena dalam beramal, kualitas lebih
penting daripada kuantitas. Begitu juga dalam membaca Al-Qur an. Jangan membaca
dengan tergesa-gesa dan jangan pula disenandungkan yang sampai merusak kata dan
maknanya.
Ada orang yang hanya
menamatkan Al-Qur an sekali saja tapi karena bacaan, tajwid, dan penghayatannya
sangat bagus, kalamullah itu dapat mengobati penyakit dirinya dan luka hatinya.
Al-Qur an memang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membacanya.
Namun ada juga
yang mengkhatamkan Al-Qur an berkali-kali tapi Al-Qur an itu tidak menjadi
konsumsi hatinya dan tidak pula menjadi penguat bagi keimanannya, karena ia
membacanya tidak dengan penghayatan.
Al-Qur an bila
dibaca dengan baik maka dapat menggugah perasaan dan melapangkan hati orang
yang mendengarkannya.
Al-Qur an yang
agung menunjukkan manusia kepada jalan yang lurus. Al-Qur an yang agung adalah cahaya, obat
jiwa, ilmu pengetahuan, budaya, dan bukti nyata.
Al-Qur an yang
agung adalah hidup dan ruh kehidupan,sumber kebahagiaan, serta induk kebajikan.
Al-Qur an yang
agung adalah ajaran ketuhanan, undang-undang ilahi, dan hikmah yang abadi.
Rasulullah SAW
bersabda: “Hampir datang suatu masa kepada umat manusia bahwa islam tidaklah
ketinggalan melainkan tinggal namanya, dan Al-Qur an tidaklah ketinggalan
melainkan tinggal tulisan, masjid-masjid mereka ramai tetapi sunyi kosong dari
petunjuk yang benar, para ulama mereka lebih buruk dari segala apa yang ada di
kolong langit karena dari sisi mereka itu keluarlah fitnah dan kepada mereka fitnah
akan kembali.” (HR. Imam Al-Baihaqi dari Ali RA).
Selanjutnya
Rasulullah SAW bersabda: “Akan datang suatu masa umatku pada masa itu banyak
para pembaca Al-Qur an, sedikit orang yang pandai agama, dicabutlah ilmu
pengetahuan, dan banyak huru-hara, kemudian datanglah sesudah itu suatu masa
orang-orang dari golongan umatku membaca Al-Qur an dengan tidak melalui tulang
tenggorokan mereka.” (HR. Imam At-Thabarani).
Pada hadits
lain beliau menyatakan: “Akan ada kemudian orang-orang dari umatku yang membaca
Al-Qur an yang bacaannya tidak melalui tenggorokannya, mereka terlepas dari
agama islam seperti terlepasnya anak panah dari busurnya, kemudian tidaklah
mereka dapat kembali di dalamnya, mereka itu sejelek-jelek makhluk dan
sejahat-jahat manusia.” (HR.Imam Muslim).
Kemudian ada
hadits lainnya, “ Akan ada nantinya para ahli ibadah yang bodoh dan para ahli
membaca Al-Qur an yang durhaka.” (HR. Imam Abu Nu’aim).
Keadaan umat
islam seperti yang diingatkan Rasulullah
SAW itu sudah mulai tampak pada zaman
sekarang. Mereka tidak lagi menjadikan Al-Qur an sebagai tuntunan hidup tetapi
sekedar didendangkan sebatas tenggorokan. Al-Qur an tidak lagi ditaati dan
diamalkan sehari-hari. Al-Qur an hanya sebagai buku sakti yang dipajang di
dalam lemari atau ditaruh di tempat paling tinggi sampai berdebu.
Kembali kepada
kita masing-masing apakah kita memang hidup bersama Al-Qur an ini, mengenal
kebesaran Al-Qur an hingga hidup kita bahagia dengannya di dunia dan akhirat
nanti ataukah sebaliknya………..???
Disarikan
dari kisah utama majalah Alkisah edisi no.17/tahun VIII/23
Agustus – 5 September 2010.
No comments:
Post a Comment